Rabu, 04 November 2015

Hakikat, Asal-Usul, dan Tujuan Manusia


                             Hakikat, Asal-Usul, & Tujuan Manusia

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.

Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).

Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.

Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :

1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.

2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.

3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

 Proses penciptaan manusia

Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya.

Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.

 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ.

ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ.

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.

Artinya:

12.  Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadi nuthfah (air mani).

Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah, perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar (makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah. Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.

Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54).

 

ؕ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيۡرًا‏ وَهُوَ الَّذِىۡ خَلَقَ مِنَ الۡمَآءِ بَشَرًا فَجَعَلَهٗ نَسَبًا وَّ صِهۡرًا​

Artinya:

54.  Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada (Q.S af-tariq 86:6-7)

خُلِقَ مِنۡ مَّآءٍ دَافِقٍۙ

يَّخۡرُجُ مِنۡۢ بَيۡنِ الصُّلۡبِ وَالتَّرَآٮِٕبِؕ‏

Artinya:

6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,

7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air (Q.S Al-anbiya 21).

Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri utamanya adalah :

1.      Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. ”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya (Q.S At-tin 95).

2.      Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan ) beriman kepada Allah.

3.      Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

4.      Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.

5.      Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.

6.      Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.

7.      Berakhlak.

Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal kejadian manusia antara lain sebagai berikut :

1.      Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.

2.      Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.

3.      Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-shaffaat (37) :11.

4.      Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).

5.      Shalshalin min hamain masnuun  ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk) sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.

6.      Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan dari sesuatu yang lain.

7.      Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut  dalam Q.S (251) :54.

Tentang Ruh dan Nafas

Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat , nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.

Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik, dapat menjalin interaksi sebab akibat.

Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.

 

 

Tujuan Hidup Manusia

Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :

“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah  kepada-Ku.” Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah Sebenarnya bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun. Sebaik-baiknya Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya.  Tafakur merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang luang dan hati yang masih kosong dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tanpa hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi dan ibadah yang dilakukan tanpa kehadiran hati tidak ada nilainya.

Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah membuat hati memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita harus menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain. Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.

Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan tindakan ibadah yang penting dan  melaksanakannya,  dengan sebaik-baiknya. Tidak memikirkan pekerjaan lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena menganggap ibadah sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting. Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan spiritual, namun juga patut mendapat murka Allah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang meremehkan shalat dan mengabaikannya. Aku berlindung kepada Allah dari meremehkan Shalat dan dari tidak  memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.

 Hakikat Manusia Sebagai Khalifah

Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.

1. Makhluuq (yang diciptakan)

a)       Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]

b)       Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]

c)      Bodoh, Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]

d)   Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]

2. Mukarram (yang dimuliakan)

a)  Ditiupkan ruh  [QS As Sajdah:9]

b)  Diberi keistimewaan  [QS Al Isra:70]

c)   Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]

3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)

a)  Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.       Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]

4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)

Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]

5. Majziy (yang mendapat balasan)

a) Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya,  Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]

b) Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar